Search This Blog

Wednesday 18 September 2013

SAJAK POTRET KELUARGA - W.S. Rendra


Tanggal lima belas tahun rembulan. 
Wajah molek bersolek di angkasa.
 
Kemarau dingin jalan berdebu.
 
Ular yang lewat dipagut naga.
 
Burung tekukur terpisah dari sarangnya.
Kepada rekannya berkatalah suami itu :
“Semuanya akan beres. Pasti beres. 
Mengeluhkan keadaan tak ada gunanya.
 
Kesukaran selalu ada.
 
Itulah namanya kehidupan.
 
Apa yang kita punya sudah lumayan.
 
Asal keluarga sudah terjaga,
 
rumah dan mobil juga ada,
 
apa palgi yang diruwetkan ?
 
Anak-anak dengan tertib aku sekolahkan.
 
Yang putri di SLA, yang putra mahasiswa.
 
Di rumah ada TV, anggrek,
 
air conditioning, dan juga agama. 
Inilah kesejahteraan yang harus dibina.
 
Kita mesti santai.
 
Hanya orang edan sengaja mencari kesukaran.
 
Memprotes keadaaan, tidak membawa perubahan.
 
Salah-salah malah hilang jabatan.”
 
………
Tanggal lima belas tahun rembulan 
Angin kemarau tergantung di blimbing berkembang.
 
Malam disambut suara halus dalam rumputan.
 
Anjing menjenguk keranjang sampah.
 
Kucing berjalan di bubungan atap.
 
Dan ketonggeng menunggu di bawah batu.
Isri itu duduk di muka kaca dan berkata :
“Hari-hari mengalir seperti sungai arak. 
Udara penuh asap candu.
 
Tak ada yang jelas di dalam kehidupan.
 
Peristiwa melayang-layang bagaikan bayangan.
 
Tak ada yang bisa diambil pegangan.
 
Suamiku asyik dengan mobilnya
 
padahal hidupnya penuh utang.
 
Semakin kaya semakin banyak pula utangnya.
 
Uang sekolah anak-anak selalu lambat dibayar.
 
Ya, Tuhan, apa yang terjadi pada anak-anakku.
 
Apakah jaminan pendidikannya ?
 
Ah, Suamiku !
 
Dahulu ketika remaja hidupnya sederhana,
 
pikirannya jelas pula.
 
Tetapi kini serba tidak kebenaran.
 
Setiap barang membuatnya berengsek.
 
Padahal harganya mahal semua.
 
TV Selalu dibongkar.
 
Gambar yang sudah jelas juga masih dibenar-benarkan.
 
Akhirnya tertidur…….
 
Sementara TV-nya membuat kegaduhan.
 
Tak ada lagi yang bisa menghiburnya.
 
Gampang marah soal mobil
 
Gampang pula kambuh bludreknya
 
Makanan dengan cermat dijaga
 
malahan kena sakit gula.
 
Akulah yang selalu kena luapan.
 
Ia marah karena tak berdaya.
 
Ia menyembunyikan kegagalam.
 
Ia hanyut di dalam kemajuan zaman.
 
Tidak gagah. Tidak berdaya melawannya !”
 
…………………………………..
Tanggal lima belas tahun rembulan. 
Tujuh unggas tidur di pohon nangka
 
Sedang di tanah ular mencari mangsa.
 
Berdesir-desir bunyi kali dikejauhan.
 
Di tebing yang landai tidurlah buaya.
 
Di antara batu-batu dua ketam bersenggama.
Sang Putri yang di SLA, berkata :
“Kawinilah aku. Buat aku mengandung. 
Bawalah aku pergi. Jadikanlah aku babu.
 
Aku membenci duniaku ini.
 
Semuanya serba salah, setiap orang gampang marah.
 
Ayah gampang marah lantaran mobil dan TV
 
Ibu gampang marah lantaran tak berani marah kepada ayah.
 
Suasana tegang di dalam rumah
 
meskipun rapi perabotannya.
 
Aku yakin keluargaku mencintaiku.
 
Tetapi semuanya ini untuk apa ?
 
Untuk apa hidup keluargaku ini ?
 
Apakah ayah hidup untuk mobil dan TV ?
 
Apakah ibu hidup karena tak punya pilihan ?
 
Dan aku ? Apa jadinya aku nanti ?
 
Tiga belas tahun aku belajar di sekolah.
 
Tetapi belum juga mampu berdiri sendiri.
 
Untuk apakah kehidupan kami ini ?
 
Untuk makan ? Untuk baca komik ?
 
Untuk apa ?
 
Akhirnya mendorong untuk tidak berbuat apa-apa !
 
Kemacetan mencengkeram hidup kami.
 
Kakasihku, temanilah aku merampok Bank.
 
Pujaanku, suntikkan morpin ini ke urat darah di tetekku “
 
………………………………………
Tanggal lima belas tahun rembulan. 
Atap-atap rumah nampak jelas bentuknya
 
di bawah cahaya bulan.
 
Sumur yang sunyi menonjol di bawah dahan.
 
Akar bambu bercahaya pospor.
 
Keleawar terbang menyambar-nyambar.
 
Seekor kadal menangkap belalang.
Sang Putra, yang mahasiswa, menulis surat dimejanya :
“ Ayah dan ibu yang terhormat, 
aku pergi meninggalkan rumah ini.
 
Cinta kasih cukup aku dapatkan.
 
Tetapi aku menolak cara hidup ayah dan ibu.
 
Ya, aku menolak untuk mendewakan harta.
 
Aku menolak untuk mengejar kemewahan,
 
tetapi kehilangan kesejahteraan.
 
Bahkan kemewahan yang ayah punya
 
tidak juga berarti kemakmuran.
 
Ayah berkata : “santai, santai ! “
 
tetapi sebenarnya ayah hanyut
 
dibawa arus jorok keadaan
 
Ayah hanya punya kelas,
 
tetapi tidak punya kehormatan.
 
Kenapa ayah berhak mendapatkan kemewahan yang sekarang ayah miliki ini?
 
Hasil dari bekerja ? Bekerja apa ?
 
Apakh produksi dan jasa seorang birokrat yang korupsi ?
 
Seorang petani lebih produktip daripada ayah.
 
Seorang buruh lebih punya jasa yang nyata.
 
Ayah hanya bisa membuat peraturan.
 
Ayah hanya bisa tunduk pada atasan.
 
Ayah hanya bisa mendukung peraturan yang memisahkan rakyat dari penguasa.
 
Ayah tidak produktip melainkan destruktip.
 
Namun toh ayah mendapat gaji besar !
 
Apakah ayah pernah memprotes ketidakadilan ?
 
tidak pernah, bukan ?
Terlalu beresiko, bukan ? 
Apakah aku harus mencontoh ayah ?
 
Sikap hidup ayah adalah pendidikan buruk bagi jiwaku.
 
Ayah dan ibu, selamat tinggal.
 
Daya hidupku menolak untuk tidak berdaya. “


Yogya, 10 Juli 1975. 
Potret Pembangunan dalam Puisi

Friday 6 September 2013

Rumah.

Ada saja yang tak kena pada mata kau. Semua kau nak kritik,kau nak komen. Salah manusia lain kau nampak. Salah manusia lain kau koyak sampai rabak. Kadang tu,tak boleh ke kau sabar? Tarik nafas..dalam - dalam.. Dan hembus. Dongak,pandang langit. Ucap syukur, dan bertenanglah. Bukan semua manusia dapat rasa aman yang kau nikmati. Bukan semua manusia dapat rezeki yang dilimpahi. Jadi, bawak bertenang. Dan bersyukur. Anjing,menyalak bukit,bukit tu tak runtuh pun...tapi anjing tu yang penat. Lelah. Perit tekak. Ada cara nak meminta, ada cara nak mengadu. Ada protokolnya, prosedurnya. Klau kau rasa suara kau laku, buat. Klau kau rasa lelah nak tempuh tangga, seharusnya kau boleh duga. Jadi, buat apa kau mau. Kalau larat, panjat. Kalau tak, tutup mulut rapat - rapat. Dari menjaja salah orang sana sini, baiklah usaha. Usaha untuk berpindah ke rumah lain. Sebab rumah lama kau ni dah tak selesa kan? Dah tak mampu tampung hujan kan? Bocor sana sini. Banyak lubang. Bila hujan,air menitik,lantai pun bergenang.Bila siang, cahaya masuk, silau kau nak pandang.

Thursday 5 September 2013

Sang pujangga

Duhai angin petang
Bawanya terbang riang,
Agar hatinya berlegar dalam lagu merdu
Si pujangga yang menyanyikan puisi larut malam
Hanya menunggu
Dalam kelam

Tuesday 3 September 2013

MEOW~

My trip to Kuching, Sarawak was planned 3 months ago. For good sake, i'm going to Kuching for my best friend's wedding. The journey began early in the morning, on 15th August.
After Subuh,my brother sent me to LCCT,but..unexpectedly...something bad happened on the road. Luckily, a guy and his sister help us.......its a loooong story...em..anyway, i made it! The flight flew to bandar Kuching at 7.30 a.m and i'm safely arrived at Kuching Airport by 9.30 a.m.

Chaotic event.haha

Kuching. Bandar yang pada aku, Sepi.Misteri.Seni. Dan Happy.

Tempat ini mengingatkan aku pada sesuatu yang aku namakan.... JUJUR.

Jujurnya, aku tak kenal sesiapa di sini melainkan Anni. Tapi rezeki membawa aku kepada beberapa hati manusia yang luhur. Yang senang menerima aku, tingkah aku, humor aku, seni aku, gelak aku, bahasa aku, serta gaya aku.. Syukur ya Allah.

Apa yang aku boleh rangkumkan, aku senang bila aku mudah di terima,kerna aku mudah menerima mereka. Aku mudah menerima tawa, budi, lenggok serta bahasa mereka juga. Kebaikan mereka?
Pasti kalau kau,kau jatuh cinta. Aku ini, apatah lagi...aku kan manusia yang mudah jatuh hati dengan kebaikan manusia lainnya?


Morning view


For crocodile hunter

Majlisnya pun berlangsung dengan meriahnya. And all the sweet moments has become the memories. Sweet memories ever! For the bride and bridegroom, that day was a very beautiful moment. A moment where their relation became Halal. Momen di mana segala cinta menjadi abadi. Segala sayang akan di kongsi. As for me, this is the moment di mana aku menyaksikan satu lagi pasangan kekasih menjadi satu. Aku doakan kalian bahgia, hingga Jannah. Tau tanggungjwab, tau resam, tau mengubat hati kekasih,tau diri, dan tau budi. Kekasih sudah menjadi pasangan suami isteri, dan bagi aku pula, aku dapat sesuatu yang buat aku senyum selalu...Kawan baru.
Dayang, Mel, Ikin, Heyjoni and Ayiesh. Selamat berkenalan, dan semoga kekal selamanya. 



 
 

*Pelamin in progress and all the hantarans












That's all on nikah and reception day. There's a lot more about Kuching. My travelogue to Kuching has became the most memorable ever. As it planned, i'll be travelling alone, but, it ends up soooooo fun! With my new friends. Till next time ;)